Kamis, 16 Agustus 2007

Kisah Nenek Tua
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.
Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu."Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?

pahala sepotong Roti Oleh: PakTani
Lintau.com Menjelang wafatnya, Abu Burdah bin Musa al-Asy'ari pernah bercerita, “Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah pada Allah. Hampir tujuh puluh tahun ia beribadah, dan tak pernah melakukan dosa sedikitpun. Tempat ibadahnya tak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan.
Suatu hari, dia digoda seorang wanita sehingga terperosok ke dalam bujuk rayunya dan bergelimang dalam dosa selama tujuh hari. Ia melakukan dosa besar, yaitu berzina.Begitu menyadari perbuatannya, laki-laki itu buru-buru bertaubat. Ia segera meninggalkan tempat ibadahnya, dan melangkahkan kakinya, pergi mengembara sambil melakukan kebaikan sebagai tanda taubatnya.Dalam pengembaraannya itu ia tiba di sebuah gubuk. Di dalamnya terdapat dua belas fakir miskin. Laki-laki itu, menumpang bermalam. Ia tidur bersama mereka.Ternyata, di samping kedai tersebut hidup seorang hamba Allah yang tekun beribadah. Setiap hari, ia selalu mengirimkan beberapa potong roti untuk fakir miskin yang menginap di pondok itu. Mereka masing-masing mendapat sepotong roti.Keesokan paginya, seperti biasa, hamba Allah tersebut mendatangi gubuk dan membagikan kepada setiap fakir miskin sepotong roti. Laki-laki yang baru saja bertaubat itu pun mendapat bagian karena disangka orang miskin juga. Selesai membagikan roti, hamba Allah itu kaget karena salah seorang dari mereka belum mendapat bagian. “Mengapa engkau tidak memberiku?” tanya sang fakir.Hamba Allah yang membagikan roti itu menjawab, “Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis, dan aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari sepotong roti." Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu memberikan jatahnya kepada orang yang tidak mendapat bagian tadi. Keesokan harinya, ia meninggal dunia. Di hadapan Allah, ditimbanglah amal ibadah yang pernah ia lakukan, antara waktu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadah yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Namun, ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan pahala sepotong roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sepotong roti itu dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu.


Konfrensi Setan Oleh: orion
Lintau.Com - Setan mengadakan konfensi iblis, sayitan dan jin Dalam pembukaannya konferensi tsb dikatakannya: "Kita tidak dapat melarang kaum muslim ke Mesjid", "Kita tidak dapat melarang mereka membaca Al-Qur'an dan mencari kebenaran"
Bahkan kita tidak dapat melarang mereka mendekatkan diri dengan Tuhan mereka, Allah dan pembawa risalahNya Muhammad", "Pada saat mereka melakukan hubungan dengan Allah, maka kekuatan kita akan lumpuh.""Oleh sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke Masjid; biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah"."Inilah yang akan kita lakukan," kata iblis. Alihkan perhatian mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari!" "Bagaimana kami melakukannya?" tanya para hadirin yaitu iblis, syaitan, dan jin. Sibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan mereka,dan ciptakan tipudaya untuk menyibukkan fikiran mereka," jawab sang iblis"Rayu mereka agar suka BELANJA, BELANJA DAN BELANJA SERTA BERHUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG"."Bujuk para istri untuk bekerja diluar rumah sepanjang hari dan para suami bekerja 6 sampai 7 hari dalam seminggu, 10 - 12 jam seminggu, sehingga mereka merasa bahwa hidup ini sangat kosong.""Jangan biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka." "Jika keluarga mereka mulai tidak harmonis, maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan lelah sepulang dari bekerja". "Dorong terus cara berfikir seperti itu sehingga mereka tidakmerasa ada ketenangan dirumah.""Pikat mereka untuk membunyikan radio atau kaset selama mereka berkendaraan". "Dorong mereka untuk menyetel TV, VCD, CD dan PC dirumah sepanjang hari. Bunyikan musik terus menerus disemua restoran maupun toko2 didunia ini. "Hal ini akan mempengaruhi fikiran mereka dan merusak hubungan mereka dengan Allah dan RasulNya""Penuhi meja-meja rumah mereka dengan majalah-majalah dan tabloid". "Cekoki mereka dengan berbagai berita dan gosip selama 24 jam sehari". "Serang mereka dengan berbagai iklan-iklan dijalanan". "Banjiri kotak surat mereka dengan informasi tak berguna, katalog-katalog, undian-undian, tawaran-tawaran dari berbagai macam iklan."Muat gambaran wanita yang cantik itu adalah yang langsing dan berkulit mulus dimajalah dan TV, untuk menggiring para suami berfikir bahwa PENAMPILAN itu menjadi unsur terpenting, sehingga membuat para suami tidak tertarik lagi pada istri-istri mereka" "Buatlah para istri menjadi sangat letih pada malam hari, buatlah mereka sering sakit kepala". "Jika para istri tidak memberikan cinta yang diinginkan sang suami, maka akan mulai mencari diluaran" "Hal inilah yang akan mempercepat retaknya sebuah keluarga""Terbitkan buku-buku cerita untuk mengalihkan kesempatan mereka untuk mengajarkan anak-anak mereka akan makna shalat." "Sibukkan mereka sehingga tidak lagi punya waktu untuk mengkajibagaimana Allah menciptakan alam semesta. Arahkan mereka ketempat-tempat hiburan, fitness,pertandingan-pertandingan, konser musik dan bioskop."Buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK DAN SIBUK.""Perhatikan, jika mereka jumpa dengan orang shaleh,bisikkan Gosip-gosip dan percakapan tidak berarti, sehingga percakapan mereka tidak Berdampak apa-apa. "Isi kehidupan mereka dengan keindahan-keindahan semu yang akan membuat mereka tidak punya waktu untuk mengkaji kebesaran Allah." "Dan dengan segera mereka akan merasa bahwa keberhasilan, kebaikan/kesehatan keluarga adalah merupakan hasil usahanya yang kuat (bukan atas izin Allah).""PASTI BERHASIL, PASRI BERHASIL." "RENCANA YANG BAGUS."Iblis, syaitan dan jin kemudian pergi dengan penuh semangat melakukan tugas "MEMBUAT MUSLIMS MENJADI LEBIH SIBUK, LEBIH KALANG KABUT,DAN SENANG HURA-HURA". Dan hanya menyisakan sedikit saja waktu buat Allah sang Pencipta." "Tidak lagi punya waktu untuk bersilaturahmi dansaling mengingatkan Akan Allah dan RasulNya".Sekarang pertanyaannya adalah, "APAKAH RENCANA IBLIS INI AKAN BERHASIL???""ANDALAH YANG MENENTUKAN!!!"




PERENUNGAN YANG DALAM

alhikmah.com - Kelebihan manusia di antara makhluk lainnya adalah kemampuan untuk merenung, yaitu berpikir secara radikal (radix = akar) mendasar. Sehingga dia menemukan sebuah pertanyaan abadi yang akan menggiring dirinnya kepada sikap arif dan kebijaksanaan ( the man of wisdom). Dia belajar mempertanyakan dirinya dalam berbagai hubungan yang mencakup dimensi waktu, dimensi social, dimensi peran, sampai pada dimensi spiritual. Dia mempertanyakan tujuan dari semua ini. Seluruh perbuatan, pencapaian, dan peran yang dimainkannya itu, akhirnya untuk diabdikan kepada siapa? Betapa berharganya nilai perenungan, sehingga Rasulullah saw bersabda,“Berpikir sesaat sama nilainya dengan ibadah setahun”

Merenung berarti melakukan konsentrasi untuk memikirkan seluruh pengaruh dunia luar,memilih lalu membuat kesimpulan dalam rangka mendapatkan sebuah kepastian untuk melangkah kedepan. Inilah yang kita maksudkan dengan makrifat, yaitu mengenal jati diri dalam perjalanan kesementaraan untuk meraih hakikat hidup yang sejati, kebahagiaan akhirat.

Mengenal siapa aku untuk mendapatkan iffah dan zauq ‘ kesucian diri dan getaran rasa ‘yang mendorong seorang hamba mendayagunakan potensi dunia yang fana untuk meraih kebahagiaan hakiki yang kekal.

Dalam perenungan itu ia aktualisasikan potensi fu’ad-nya, yaitu untuk menagkap segala fenomena kejadian alam semesta dengan segala isinya. Dawai qalbunya sangat sensitif lalu mengetarkan potensi fu’ad yang kedua yaitu nazhar dan sam’a penglihatan dan pendengarannya,sehingga mata batinnya melihat hakikat ciptaan-Nya dan membimbing dirinya untuk mengingat Sang Kekasih Rabbul alamin, “ Orang - orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.”( Ali Imran : 191)

Ia sangat menyadari bahwa sebagai makhluk, ia tidak mungkin menangkap dan memperoleh gambaran utuh dari zat Sang Khalik. Bagi dirinya, Allah adalah sesuatu yang dia rasakan, walau sangat sulit untuk dikatakan. Ia tidak mungkin mengartikulasikan perasaannya secara utuh, seakan seluruh kata menjadi lumpuh.

Karena walaupun jutaan untaian kata dan kalimat ia presentasikan, tetap saja tidak mewakili gambaran Allah yang sebenarnya. Mana mungkin Allah yang tidak terjangkau dan tidak setara dengan apapun, dapat dipresentasikan menurut akal pikiran manusia yang terbatas. Allah adalah sesuatu yang Maha gaib, walaupun ia tetap merasakannya melalui pengalaman galbunya. Kalau sang qalbu merefleksikannya dalam bentuk pernyataan, ia mengakui bahwa pernyataannya itu hanyalah percikan dari sifat dirinya yang fana.

Menyadari keterbatasannya, ia menyerahkan dirinya kepada otoritas Nabi Muhammad al-Musthafa yang menjadi wujut iradah Allah melalui Al – Qur’an dan teladan akhlak beliau ( uswatun hasanah). Dengan berpandu dan berpihak kepada Allah dan Rasulullah, ia merasakan kedamaian dan kefanaannya. Keberpihakan kepada Allah adalah gambaran kemerdekaan dirinnya dan sekaligus terbelenggu oleh misinnya sebagai seorang pembawa rahmat bagi alam semesta.

Ketika saya ditanya seorang santri tentang sia-sianya orang yang percaya kepada Tuhan bila ternyata setelah manusia mati tidak ada Tuhan dan akhirat serta hari pengadilan, maka untuk menjawab pertanyaan itu saya mencoba mencari jawaban yang simplistis bahwa seorang muslim tidak pernah merugi jika ternyata benar asumsi kaum ateis tersebut, kita tidak kehilangan apapun. Tetapi bila benar keyakinan seorang muslim akan hari akhirat dan janji Allah, niscaya orang – orang ateis tersebutlah yang rugi. Begitu juga perihal pertanyaan sekitar pengingkaran kaum Nasrani terhadap kenabian Muhammad SAW. Seorang muslim tetap tidak akan rugi seandainya ternyata benar asumsi kaum Nasrani tersebut. Bukankah seorang muslim mempercayai kenabian Isa a.s ? Tetapi sebaliknya, bila ternyata benarlah keyakinan kaum muslimin bahwa Nabi Muhammad adalah khataman nabiyyin wal mursaliin ‘penutup para nabi dan utusan Allah

Inilah Kita, Siapa dan Mana Mereka?
Alhikmah.com- “Sesungguhnya Tuhan Kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,Lalu Dia bersemayam di atas Arsy.Dia menutupkan malam kepada Siang yang mengikutinya dengan cepat, (diciptakannya pula) matahari,bulan dan bintang-bintang tunduk pada perintahNya.Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.Maha suci Allah,Tuhan Alam Semesta. Berdoalah kepada TuhanMu dengan berendah diri dan suara yang lembut.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.Dan janganlah kamu membuat kerusakan di Muka bumi dan berdoalah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya Rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.( Q.S 7 AL-A’RAAF: 54-56)
Alhamdulillah segenap pujian hanya bagi Allah. Menciptakan jalan-jalan kebaikan dan keburukan dalam diri manusia. Tergantung dari manusia itu sendiri yang akan memilihnya. Sesungguhnya Allah melawan keganasan suatu kaum dengan kekuatan kaum yang lainnya agar Allah dapat membasmi kekuatan perusak dan memilih hambaNya yang ia cintai sebagai syuhada. Syuhada yang merupakan suatu gelar yang sangat kita dambakan.Insya Allah.
Kerinduan yang amat bersengatan kami rasakan kepada Baginda yang mulia Muhammad Saw. Shalawat dan salam bagimu Manusia pilihan, Hamba yang mulia dan orang yang paling istiqomah memperjuangkan kebenaran Ilahi. Ya Allah karuniakanlah kami keistiqomahan dan tsabat serta tajarrud dalam jihad, rasa Ukhuwah dan Tsiqah antar sesama kami. Dalam menapaki jalan perjuangan yang semakin menanjak ini.Amien.
Akhi wa Ukhti Fillah Mujahid fidDakwah! Dikala sepi dan sesak dada melanda saya sering mendendangkan bait nasyid ini : “Disinilah kita merencah dan bertindak/ Memerah pikiran dan melerai masalah/ Namun kita tetap manusia/ tenaga kita tak kemana / Pikiran kita ada batasannya /Tindakan kita ada sempadannya.” Ayat Al-Qur’an diatas adalah salah satu ayat Allah yang sering membuat saya tertegun saat melewatinya dalam tilawah. Ayat ini mengharuskan saya untuk menangis atau sekedar meneteskan setetes air mata dan melantunkan doa untuk senantiasa istiqomah di jalan dakwah ini.
Akhi wa Ukhti Fillah Mujahid fidDakwah! Allahlah yang menciptakan kita, Dialah yang berhak memerintahkan kita dan kita wajib tunduk kepadaNya. Hanya harapan dan ketakutan kita harus selalu kita jaga agar segala aktivitas kita diterima Allah dan diridhaiNya. Rasa harap dan cemas. Khauf dan Raja’. Harus senantiasa kita pelihara dalam jiwa hamba yang mendamba kasih RabbNya. Namun mengapa terkadang kita masih membuat kerusakan di muka bumi ini ? Mengapa kita mengaku orang yang berbuat kebaikan dan perbaikan, terkadang kita lah perusak yang sebenarnya? Maka sekali lagi harap dan cemas kepada Allah adalah rasa yang harus kita pelihara dalam membangkitkan kembali Islam ini sebagaimana adanya.
Akhi wa Ukhti Fillah Mujahid fidDakwah! “Disinilah kita berpikir dan bekerja/ Namun kita tetap lemah/hanya bersandar pada Allah.” Hanya Allahlah yang menjadi tempat kita mengadu, penolong teman, sahabat dan peneguh perjuangan ini. Kalau kita lemah Allahlah yang akan menguatkan. Kalau kita sakit Allahlah yang akan menyembuhkan. Kalau kita terluka Allahlah yang akan meyembuhkan. Saya teringat Syair Saddam Hussein saat Irak diserang, “ Maka hanya dengan Doa/ semua luka itu akan kembali sembuh.” Maka dikala semua yang telah kita usahakan terasa mengalami kegagalan marilah kita diam sejenak memohon ampunan Allah dan meminta kepadanya dengan Khauf dan Raja’.
Akhi wa Ukhti Fillah Mujahid fidDakwah! “Kita pastinya tak akan gagal/ Selagi kita terasa lemah/ selama kita tunduk dan menyerah/ Pada kehendak dan kudratNya” Apapun yang kita dapatkan dalam perjuangan ini adalah kemenangan. Dengan belum berhasilnya suatu amanah maka kita dapat instropeksi diri bahwa ada cara lain yang harus kita pikirkan agar apa yang kita cita-citakan tersebut dapat menemui keberhasilan. Ini bukanlah kata-kata justifikasi untuk sebuah kesuksesan yang kita dambakan. Ungkapan ini hanya berlaku apabila kita telah mengerahkan semua tenaga kita. Namun kesuksesan itu tetap juga belum kita dapatkan. Pernyataan diatas tidak berlaku bagi yang belum mengeluarkan usaha yang optimal untuk sebuah kesuksesan tersebut.
Akhi wa Ukhti Fillah Mujahid fidDakwah! Inilah kita yang takut akan kemaksiatan kita akan membawa pada kemurkaan Allah. Selalu mengharap agar Allah memberikan keridhaannya kepada kita. Tanpa itu semua kehidupan ini akan terasa hampa. Tanpa itu semua kita sesungguhnya kita hanya hamba yang tidak tahu apa-apa. Hanya lantunan doa yang penuh dengan rasa khauf dan raja’ menjadi kekuatan kita. Sesungguhnya doa adalah kekuatan mukmin yang paling dahsyat. Marilah kita bersama berdoa agar kita bisa istiqomah dalam jalan ini. Ikut dalam barisan para mujahidin walaupun hanya pada barisan yang terakhir.
Akhi wa Ukhti Fillah Mujahid fidDakwah! Saya ingat sekali syair Umar ibnu Khatab yang menggambarkan keistiqomahannya dalam berjuang. Coba kita pahami dan renungi semangat yang mendalam ini, “ Jika ada seribu pejuang, maka Aku salah satunya!/ Jika ada seratus pejuang maka Aku salah satunya!/ Jika ada sepuluh pejuang maka Aku salah satunya!/ Jika hanya ada satu pejuang maka itulah Aku!!” Sanggupkah kita berkata seperti itu saat ini? Disaat kita mencoba memperjuangkan kebenaran. Namun kita mendapati realitas di lapangan tidak ada lagi yang mau memperjuangkan kebenaran tersebut. Mereka yang notabene Saudara kita malah selalu mendompleng kita dari dalam. Selain itu, kita mendapat perlawanan yang kuat dari musuh kita yang di luar. Kita sangat merindukan persatuan dan kesatuan itu terwujud. Kita sebenarnya tidak peduli siapa yang akan berada di depan. Kita tidak peduli itu semua. Namun nampaknya harapan itu masih jauh untuk ukuran sekarang ini.
Akhi wa Ukhti Fillah Mujahid fidDakwah!Isbir ya akhi wa ukhti semua, tetaplah tegar menjaga diri kita tetap dalam barisan ini. Mengajak saudara-saudara kita yang lain untuk bergabung dalam kafilah ini..Afwan atas segala apa yang saya lakukan selama ini kepada antum semua.Karena tidak semua antum dapat saya perhatikan dan carikan solusi permasalahannya..Afwan sekali lagi. Jazakallah atas segala yang antum lakukan selama ini.Tetaplah tegar karena antum beruntung sebagai orang yang dipilih Allah dalam jalan dakwah ini.Jalan yang tidak banyak orang yang merasakan nikmatnya, do’akan saya juga.Tidak banyak orang yang dipilih Allah untuk mengemban tugas suci ini.
Akhi wa Ukhti Fillah Mujahid fidDakwah! Inilah kita yang senantiasa mempunyai tekad untuk memperjuangkan kebenaran Al-Islam. Inilah kita yang telah menetapkan tujuan kita adalah Allah. Inilah kita yang menetapkan teladan kita adalah Rasulullah.Inilah kita yang telah meneguhkan bahwa hanya Al-quran undang-undang kita.Inilah kita yang telah menegaskan jihad jalan perjuangan dan Syahid di jalan Allah sebagai cita-cita tertinggi kita. Inilah kita. Maka marilah sekarang kita bertanya, mana dan siapa mereka? Apa yang kalian perjuangkan? Wallahu’alam
EPISODE CINTA
alhikmah.com - Cinta adalah karunia Allah. Bahkan Allah menciptakan alam semesta ini karena cintaNya. Karenanya alam dan dunia ini adalah lautan cinta. Kekuatannya mampu meluluh lantahkan arogansi diri dan kerendahan materi. Maka bukan tanpa alasan seorang Saini KM menuliskan bait-bait terakhirnya dalam puisi Burung Hijau :
Saat kamu tengadah dan dengan tersipu berkata: / 'Memang, yang terbaik dari diri kita layak disatukan.' / Saya pun mabuk karena manis buah berkah, dan melihat: / Malaikat menghapus batas antara dunia dan akhirat.
Ibnu Qoyyim Al jauziyah pernah berkata tentang arti sebuah cinta : 'Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; membatasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.
Kenyataannya, sejarah Islam mencatat kisah-kisah cinta manusia-manusia langit dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran sejarah peradaban. Sebuah sejarah yang mengartikan cinta bukanlah utopia dan angan-angan kosong belaka dalam sebuah potret realita.
Tak apalah meregang nyawa bagi seorang Hisyam bin ‘Ash takkala mendengar seorang saudaranya merintih kehausan dalam peperangan Yarmuk, memberikan air miliknya sementara bibir bejana hampir menyentuh bibirnya. Atau indahnya ungkapan yang diberikan seorang sahabat yang mencintai sahabatnya karena Rabb-Nya. Atau seorang Rasul yang memanggil umatnya takkala sakaratul maut menyapa dirinya.
Teringat episode cantik dalam sejarah seorang wanita yang rela menukar cinta dan hatinya dengan Islam sebagai maharnya. Takkala Rumaisha binti Milhan dengan suara lantang menjawab pinangan Abu Tholhah, seorang terpandang, kaya raya, dermawan dan ksatria 'Kusaksikan kepada anda, hai Abu Tholhah, kusaksikan kepada Allah dan Rasul Nya, sesungguhyna jika engkau Islam, aku rela engkau menjadi suamiku tanpa emas dan perak. Cukuplah Islam itu menjadi mahar bagiku !' Akhirnya tinta emas sejarah mencatatnya sebagai seorang ummu Sulaim yang mendidik anaknya, Anas bin Malik dan dirinya sebagai perawi hadits Rasulullah sementara suaminya menjadi mujahid dalam sejarah Islam.
Melagu hati Sayyid Qutb dalam nada angan akan sebuah keinginan. Lompatan jiwanya melebihi energi yang ada. Baginya kehidupan dunia bukanlah segalanya. Ia belokkan gelora yang ada hanya pada pencipta-Nya yang dengannya syahid menjadi pilihan hidupnya. Tiada mengapa tanpa wanita.
Gejolak gelora percintaan Rabiah dengan Rabbnya mengajarkan keikhlasan akan sebuah arti penghambaan. Tak sanggup rasanya mengikutinya yang mengharap Ridho-Nya sekalipun neraka menjadi pilihan akhir tempat tinggalnya.
Lain pula kisah sang Kekasih Allah, Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam. Sebuah kisah yang menggoreskan samudra hikmah kehidupan bagi manusia yang mengedepankan ketundukan dan kepasrahan yang terbalut cinta daripada darah daging sendiri untuk menjadi persembahan.
Adakah cinta yang masih ada di hati kita menyamai atau bahkan melebihi cinta mereka terhadap apa yang mereka cintai ? Jika tidak, lantas apa yang membuat kita membusungkan dada dan mengklaim sebagai pecinta sejati hanya lantaran bunga-bunga kata tanpa makna realita yang kita lontarkan ? Diri kita seringkali mencari pembenaran (apologi) atas ketidak mampuan dan ketidak berdayaan dalam mengakui segala kelemahan yang kita miliki. Jika cinta yang mereka hadirkan dapat begitu mempesona bukan hanya karena mereka para sahabat dan shabiyah atau para Nabi dan Rasul. Perlu diingat, mereka juga adalah manusia yang mempunyai keinginan dan kecenderungan sebagaimana manusia biasa. Artinya kecintaan mereka dapat kita duplikasikan pada diri kita. Lihatlah bagaimana sejarah kembali mencatat arti sebuah cinta anak manusia dalam akhir hayatnya, sebuah cinta yang dihadirkan oleh mujaddid akhir zaman, Hasan Al Banna yang mendahulukan iparnya Abdul Karim Mansur untuk diberi pertolongan justru pada saat tujuh peluru masih bersarang ditubuhnya……
Ibnu Taimiyah berkata,'Mencintai apa yang dicintai kekasih adalah kesempurnaan dari cinta pada kekasih.' Teori ini bukanlah teori belaka. Teori ini merupakan sebuah konsekuensi logis dan sebuah keniscayaan dari sebuah cinta. Segala daya dan upaya ‘kan menjadi tak berharga jika ia dapat menjadi serupa. Hal ini berlaku kebalikannya. Membenci apa saja yang dibenci kekasih adalah kesempurnaan dari cinta pada kekasih. Amboi, indahnya jika semua itu dilandasi atas kecintaan kepada Rabb-Nya. Dan menundukkan kecintaan lainnya karena ia hanyalah kenikmatan sesaat.
Sesungguhnya siapakah kita ini kekasihku? / Hanya setitik debu melekat di bintang mati. / Menggeliat sejenak karena embun dan matahari: / Hanya sedetik dalam hitungan tahun cahaya.(SAINI KM)
Jika saja Sapardi mengungkapkan kekuatan keinginan cintanya dengan bait-baitnya : AKU INGIN, / Aku ingin mencintaimu dengan sederhana / dengan kata yang tak sempat diucapkan / kayu kepada api yang menjadikannya abu / Aku ingin mencintaimu dengan sederhana / dengan isyarat yang tak sempat disampaikan / awan kepada hujan yang menjadikannya tiada (Spardi Dj. D), maka Islam men
gajarkan indahnya cinta dalam untaian do’a :
' Ya Alloh, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu. Telah berjumpa dalam taat pada-Mu. Telah bersatu dalam da'wah pada-Mu. Telah terpadu dalam membela syari'at-Mu. Kokohkanlah, Ya Allah ikatannya, kekalkan cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal pada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan ma'rifat kepada-Mu. Matikanlah ia dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong….
Wallohu a’alam.
ANGSA EMAS
alhikmah.com - Di sebuah pedesaan, setelah musim panen padi selesai, jerami berserakan di pematang sawah. Seekor ibu itik duduk mengerami telur-telur itik di atas jerami ditepian sawah di dekat parit, sabar menunggu, menjaga sampai telur-telurnya menetas.
Akhirnya, saat yang ditunggu tiba ketika ada gerakan dibawah sayapnya. Satu per satu telur-telurnya menetas dan muncul anak-anak itik berbulu halus lembut. Ada satu telur yg lebih besar dari lainnya yg belum menetas. Sang ibu itik duduk mengerami kembali.
Beberapa hari kemudian terdengar ketukan halus dan keluarlah dari kulit telur anak itik paling aneh berpenampilan buruk. Ibu Itik menggiring bayi itik ke parit mengajarkan pelajaran berenang tak terkecuali si itik buruk rupa. Dengan bangga diperhatikannya anak-anak itik bergembira hilir mudik di air. Terdengar cemooh dari keluarga itik lain yg muncul belakangan ditujukan pada si anak itik buruk rupa di barisan akhir. " Ia terlalu lama di dalam telur," Ibu itik menjelaskan. " Ia akan kuat dan tumbuh menjadi itik yg bagus."

Beberapa minggu berlalu, anak itik tumbuh menjadi itik dewasa. Namun anak itik buruk rupa tetap berbeda dengan yang lain. Semua itik di parit mematuk dan mengolok-oloknya serta menolak bermain dengannya. Anak itik buruk rupa merasa tertekan dan tak tahan lagi, diputuskan untuk pergi ke rawa-rawa diseberang desa. Ia sendiri dan bersembunyi di balik ilalang. Ketika musim hujan tiba ia kedinginan dan menderita.
Semua rintangan dilalui dengan tegar dan terus bertahan sampai ia merasa lebih baik dan mencoba untuk bermain ke sebuah dangau yg indah.
Dikepakan sayapnya, merasa lebih besar dan kuat sehingga tanpa sadar membuat hatinya senang dan berseri-seri di air. Ketika dari tempatnya melihat
segerombolan angsa meluncur gemulai ketengah dangau, anak itik merasa rendah diri kembali. Ketakutannya muncul kalau-kalau mereka akan mematuk seperti teman-teman itik dulu memperlakukannya.

"Ah, biarlah aku dipatuk angsa dari pada diganggu itik-itik, " lalu terus meluncur mengapung ketengah dangau. Seekor angsa indah berbulu mengkilap dengan paruh kuning keemasan menatap kearahnya. Ketika ia merentangkan sayapnya, angsa emas itu juga melakukan gerakan yang sama. Anak itik tersadar bahwa ia adalah seekor angsa emas. Gerombolan angsa mendekatinya dan mengucapkan selamat datang dengan paruh mereka. Beberapa anak desa mendekati dangau dan berseru, "Lihat ada angsa yang baru, ia lebih cantik keemasan daripada yang lain!".
Angsa muda cantik keemasan merasa malu dan menyembunyikan kepalanya di bawah sayapnya. "Aku tidak pernah bermimpi dengan kejadian gembira ini ketika masih menjadi itik buruk rupa"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sobat, jangan pernah merasa tertekan disaat diri ini di"cemooh" karena berbeda dengan sekeliling kita.
Jangan terus mengurung diri dalam sangkar yg gelap dan membuat lemah. Lihatlah diluar matahari memancarkan sinar hangatnya. Awan putih berarak-arak menemani bentangan langit biru. Cahaya rembulan berpendar-pendar menyingkap kepekatan malam. Kerlipan bintang bertaburan menghiasi angkasa malam raya. Sebuah lukisan tua maha indah yg ada sebelum kita ada. Kehadiran manusia di bumi pun menjadi warna-warni mempercantik lukisan agung dunia. Akankah kita sia-siakan hidup kita dalam kerendahan diri, kegelapan, kelemahan, keburukan dan kenistaan. Bangkitlah dan jadilah salah satu warna indah penghias lukisan agung dunia.

Sering kita terpesona dan terpukau melihat orang-orang yg sukses dan berhasil disekeliling kita, menjadikan idola bahkan berusaha mirip dalam segala hal dengan sang Idola. Tahukah sobat bahwa tanpa sadar keterpukauan itu telah menciptakan itik buruk rupa pada diri sendiri. Sehingga pribadi kita menjelma menjadi "aneh" bahkan tidak mengenalinya, karena dipaksakan menjadi pribadi orang lain. Hidup dalam ketidaktahuan, tidak pernah mengerti arti kebahagiaan dan keberhasilan sejati karena perasaan sendiri telah telanjur tumpul. Diri sendiri berperan memainkan peran orang lain.

Itik buruk rupa adalah sisi "gelap" kehidupan dimana kelemahan, keputusasaan, kemalasan, kerendahan diri, ketidakjujuran, kenistaan yang mengendap dalam diri dan angsa emas adalah sisi "terang" kehidupan tempat dimana bakat, kemampuan, potensi, kekuatan, kehormatan bersemayam dalam pribadi diri. Sisi gelap dan terang, dua-duanya ada dalam kepribadian seorang manusia lalu diberi kesempatan untuk memilih sisi mana
yg paling dominan menuntun perubahan dalam kehidupan selanjutnya.

Sobat, Allah memberikan talenta pada setiap insan.
Proses selanjutnya kerja keras dan ketekunan berlatih untuk mengasah talenta tersebut. Seseorang bisa sukses karena melewati proses kerja keras dan tekun berlatih disaat kita bermain menyia-yiakan waktu. Seseorang bisa berhasil setelah melalui rintangan dg ketegaran dan terus bertahan. Keberhasilan adalah sebuah proses panjang, bukan proses "instan".
Jangan pernah malu dan cepat kecewa dengan "kegagapan" dalam berproses. Adalah wajar bila orang yg sedang belajar mengalami kesulitan serta kegagapan, mencoba-coba dan bahkan merasa gagal. Pantang menyerah harus selalu didengungkan setiap waktu, tekat kuat harus terus ditanamkan dalam hati, proses belajar tak pernah usai, bukankah "setelah kesulitan itu ada kemudahan…yakinlah bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan".
Kepandaian seseorang bermain gitar sambil membaca puisi, kepiawaian seorang ustadz muda dg retorika yg mampu mengguncang kalbu, kemahiran seorang penulis menggores pena menguntai indah hikmah hidup, semuanya dilalui dengan perjuangan dan pengorbanan disertai kegigihan berlatih tak kenal lelah diiringi kesabaran menunggu "menetas"-nya diri menjadi "angsa emas".

Dengan mengenali diri sendiri secara tepat dan menghargai potensi serta kemampuan yg dimiliki tidaklah "bermimpi" jika suatu saat ada perubahan dahsyat hasil dari ketekunan dan kesabaran. Yakinkan pada diri bahwa potensi yg kita punya adalah sebuah harta emas yg harus terus dirawat, diuji, ditempa sehingga melahirkan pribadi cemerlang bersinergi.
Sobat, asahlah terus talenta diri agar menjelma menjadi pribadi keemasan. Berkilau, berpendar-pendar memberi manfaat kepada sesama.
Selamat berjuang sahabatku, ...menemukan "angsa emas" diri.

Wassalaamu'alaikum wr wb.
KETIKA KITA HARUS BERPISAH
alhikmah.com - Setiap hari kita selalu merasakan pertemuan dan perpisahan. Bertemu dengan keluarga, tetangga, rekan kerja, maupun dengan orang-orang yang belum kita kenal sebelumnya. Pertemuan rutin ini, diakhiri dengan perpisahan rutin pula. Dalam keluarga misalnya, dengan masing-masing aktifitas yang berbeda antar anggota keluarga, ada saatnya mereka pergi keluar rumah dengan tempat tujuan berbeda yang mengharuskan mereka harus berpisah. Setelah itu mereka bertemu dalam kumpulan keluarga kembali.
Begitulah perpisahan antar anggota keluarga selalu kita rasakan setiap kala. Demikian pula halnya dengan rekan kerja, setiap hari kita merasakan pertemuan dan perpisahan itu, pagi dan senja.
Berpisah memang merupakan satu yang pasti dialami oleh setiap manusia yang pernah bertemu. Bagai dua kutub berlawanan, pertemuan mengharuskan adanya perpisahan maupun sebailknya.
Pada dasarnya ketika seseorang saling bertemu baik secara individu maupun kolektif, maka ketika itu mereka mesti menyadari sejak awal bahwa mereka akan berpisah entah kapan, baik untuk sementara maupun selamanya sepapahit apapun dirasa.
Berpisah bisa secara rutin, untuk jangka waktu dekat, bisa juga untuk jangka waktu yang cukup lama bahkan bisa jadi perpisahan selamanya. Illustrasi di atas adalah contoh jenis perpisahan yang pertama yakni perpisahan rutin atau berkala. Perpisahan dalam waktu yang cukup lama misalnya perpisahan seseorang dengan rekan studi setelah kelulusannya, perpisahan antar rekan kerja setelah keluarnya, dan lain sebagainya.
Perpisahan untuk jangka waktu yang lama misalnya ketika seseorang maninggalkan kita berpindah menuju alam barunya (alam qubur –red). Perpisahan untuk jangka waktu selamanya adalah perpisahan hakiki antara kebenaran dan kebathilan, antara keimanan dan kekufuran, antara tauhid dan syirik. Secara hakiki, keduanya tidak mungkin bertemu untuk selamanya. Sebab, keduanya adalah perpisahan antara kebahagiaan dan kesedihan.
Keadaan ini menuntut pelakunya berpisah untuk selamanya. Di akhirat kelak, mereka juga tidak pernah bertemu lagi kecuali dialog-dialog singkat kesenangan dan penyesalan antara penghuni surga dan neraka. Alloh SWT menggambarkan dialog singkat itu, di antaranya:
Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): 'Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami janjikan kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?' Mereka (penduduk neraka) menjawab: 'Betul'. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: 'Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang lalim, (yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat.'
Penghuni neraka menyeru penghuni surga: 'Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizekikan Allah kepadamu'. Mereka (penghuni surga) menjawab: 'Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir, (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka'. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
**
Secara psikologis, semakin lama seseorang bertemu, semakin lama pula ia merasakan kenangan; kenangan manis maupun sebaliknya. Intensitas interaksi antar mereka juga menentukan kenangan ini.
Saya berharap kita tidak pernah berpisah dalam menghamba kepada-Nya, sehingga pada saatnya nanti ketika –secara fisik-- perpisahan itu harus kita lalui, namun hati tetap bersatu dan bertemu dalam cinta-Nya. Jika sebelumnya kita mengenal pertemuan mengharuskan perpisahan, ketahuilah sesungguhnya dalam cinta dan kasih-Nya kita tidak pernah mengenal perpisahan itu

PEMATUNG RAJA
alhikmah.com - Suatu ketika hidup seorang pematung. Ia bekerja untuk seorang raja yang wilayah kekuasaannya begitu luas. Hal itu membuat siapapun yang mengenalnya menaruh hormat. Si pematung sudah lama bekerja untuk raja. Tugasnya membuat patung untuk menghiasi taman-taman istana. Karena itulah dia menjadi pematung kepercayaan raja. Banyak raja-raja sahabat mengagumi keindahan pahatan patung-patung yang menghiasi taman istana raja.
Suatu hari sang raja punya rencana besar. Ia ingin membuat patung keluarga dan pembantu-pembantu terbaiknya. Jumlahnya cukup banyak ada 100 buah. Patung keluarga raja akan diletakan ditengah taman istana, sementara patung prajurit dan tamu akan menempati keliling taman. Baginda ingin patung prajurit itu tampak sedang melindunginya.
Si pematung pun bekerja siang malam. Beberapa bulan kemudian tugas itu hampir selesai. Sang raja datang memeriksa.
“Bagus. Bagus sekali,” ujar sang raja. “Sebelum aku lupa, buatlah juga patung dirimu sendiri untuk melengkapi monumen ini.”
Mendengar perintah itu, si pematung kembali bekerja. Setelah bebepa lama, ia pun menyelesaikan patung dirinya. Sayang pahatannya tidak halus, sisi-sisinya kasar.tak dipoles dengan rapi. Ia pikir untuk apa membuat patung yang bagus kalau hanya untuk diletakkan diluar taman. “Patung itu hanya lebih sering terkena hujan dan panas,”. Ucapan dalam hatinya, “pasti akan cepat rusak”.
Waktu yang diminta pun usai. Sang raja datang untuk melihat hasil pekerjaan si pematung. Ia puas. Namun, ada satu hal kecil yang menarik perhatiannya.
“Mengapa patung dirimu tidak sehalus patung diri ku? Padahal, aku ingin sekali meletakan patung dirimu didekat patungku. Kalau ini yang terjadi, tentu aku akan membatalkannya dan menempatkanmu bersama patung prajurit yang lain di depan sana”.
Menyesal dengan perbuatannya, sang pematung hanya bisa pasrah. Terkena panas dan hujan seperti yang harapan yang dimilikinya.
****
Teman, seperti apakah kita menghargai diri sendiri? Seperti apa kita bercermin pada diri kita? Bagaiman kita menempatkan kebaganggan atas diri kita? Ada kalanya kita pesimistis dengan dirinya sendiri. Kita kerap memandang kemulian yang kita miliki. Tapi, maukah kita dimasukan keposisi yang lebih rendah itu?
Saya percaya tak ada yang seorang mengendaki dirinya masuk ke gologan para pesimis. Kita lebih suka menjadi orang yang punya nilai lebih. Sebab, Allah menciptakan kita tidak dengan main-main. Allah SWT menciptakan kita sebagai mahluk yang mulia dan sempurna.
Teman, sungguh kita sedang memahat patung kita saat ini. Patung yang seperti apa yang kita buat? Yang kasar atau yang indah dan memancarkan kemulian-Nya? Ketahuilah, patung beniliai mahal yang menjadi hiasan terindah dan bukan patung murah yang layak diletakan ditempat utama.
Jadi, pahatlah dengan halus agar kita bisa ditempatkan ditempat yang terbaik di sisi-Nya. Poleslah setiap sisinya dengan kearifan budi dan kebijakan hati agar memancarkan keindahan, susuri setiap lekuknya dengan kesabaran dan keikhlasan. Pahatan yang kita torehkan saat ini akan menentukan tempat kita diakhirat kelak. Begitulah patung diri anda dengan indah! (SAKSI -edisi no. 8 tahun IV 2002)
PERMUDAHLAH JGN MEMPERSULIT
alhikmah.com - Pada suatu hari ada tiga orang sahabat yang mendatangi rumah istri Nabi saw menanyakan ibadah yang dilakukan oleh Nabi saw. Ketika mereka diberitahukan mengenai hal itu, seakan-akan mereka menganggap sedikit apa yang telah mereka lakukan, sambil berkata, 'Di mana posisi kita dari Nabi saw, padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang?'
Salah seorang di antara mereka berkata, 'Oleh karena itu saya akan melakukan shalat malam selamanya.' Orang yang kedua pun berkata, 'Aku akan berpuasa selamanya dan tidak akan meninggalkannya.' Orang yang ketiga berkata, 'Sedangkan aku akan mengucilkan diri dari wanita dan tidak akan kawin selama-lamanya.' Kemudian Rasulullah saw datang kepada mereka sambil berkata, 'Kalian semua telah mengatakan begini dan begitu. Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku juga tidur, aku mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku.'
Kisah diatas memberikan pelajaran kepada kita betapa Rosulullah saw sangat memberikan perhatian terhadap permasalahan para sahabatnya dan sangat menekankan pada kemudahan dalam segala urusan bahkan mengancam dengan ancaman yang sangat berat yaitu tidak termasuk umat beliau yang berarti tidak berhak mendapatkan syafaat dari Rosulullah saw pada hari kiamat kelak. Dalam sebuah hadits Rosulullah saw berpesan kepada umatnya, 'Permudahlah dan jangan mempersulit, berilah sesuatu yang menggembirakan dan jangan membuat mereka lari.' Di lain riwayat, 'Sesungguhnya agama ini mudah, dan orang yang mengambil yang berat- berat dari agama ini pasti akan dikalahkan olehnya'.
Ambillah tindakan yang benar, dekatkan diri kepada Allah, berilah kabar gembira, dan mohonlah pertolongan kepada-Nya pada pagi dan petang hari, dan juga pada akhir malam.' Bahkan Rosulullah saw sangat mengecam orang-orang yang berlebihan, 'Celakalah orang-orang yang berlebih-lebihan itu (al-mutanaththi'un).' Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.
DR Yusuf Qordowy mengomentari kata al-mutanaththi'un, 'Yang dimaksudkan dengan orang-orang yang berlebih-lebihan (al-mutanaththi'un) ialah orang-orang yang mengambil tindakan keras dan berat, tetapi tidak pada tempatnya.' Bila kita melihat realita kehidupan di era ini banyak terjadi penafsiran-penafsiran yang menyimpang terhadap ajaran Islam. Di satu sisi segolongan muslimin ghulu (berlebihan) dalam ajarannya dan segolongan lainnya taqsir (memudah-mudahan dalam hukumnya bahkan mengurangi dan menghapuskannya). Dua karakteristik ini (ghulu dan taqsir) merupakan penyakit kronis yang menimpa umat ini yang membutuhkan terapi khusus sehingga mereka bisa meletakan sesuatu permasalahan pada termpatnya. Oleh karena itu posisikan diri kita pada posisi yang wasathon (pertengahan) sebagaimana yang Allah pesankan kepada kita, ' Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang pertengahan (adil dan terbaik) ... ' (QS. 2:143).
Umat yang tidak memudah-mudahkan urusan yang mengakibatkan pelanggaran terhadap syariat dan tidak mempersulit permasahan yang mengakibatkan umat lari dari ajaran Islam karena memandang Islam itu sulit dan sangat berat. Janganlah kita mengulangi perjalanan umat terdahulu seperti Yahudi yang sangat taqsir dan Nasrani yang ghulu di dalam ajarannya sehingga banyak terjadi penyimpangan-peyimpangan dalam penerapan ajaran mereka. Terakhir, marilah kita motivasi diri ini untuk menumbuhkan sifat adil dan moderat dalam segala perkara sebagaimana Rosulullah contohkan sebagai suri tauladan kepada umatnya dalam segala permasalahan. 'Aisyah berkata, 'Rasulullah saw tidak diberi pilihan terhadap dua perkara kecuali dia mengambil yang paling mudah di antara keduanya selama hal itu tidak berdosa. Jika hal itu termasuk dosa maka ia adalah orang yang paling awal menjauhinya.''
Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'. (QS. 2:286)
Wallahu a'lam bish showab

Tidak ada komentar: