Kamis, 16 Agustus 2007

Puasa Tingkat Ketiga
Cobalah Anda amati perasaan, perilaku, dan kebiasaan Anda sehari-hari. Tahukah Anda apa yang mengatur semua itu? Kalau Anda merenungkannya dengan cermat, Anda akan menemukan bahwa keseluruhan program mengenai diri kita berada di dalam kepala Anda. Inilah yang disebut pikiran.Pikiranlah yang mengatur perasaan, tindakan, kebiasaan, dan akhirnya nasib kita. Pikiranlah yang menentukan apakah kita senang atau susah, sedih atau bahagia, serta sehat atau sakit. Semua yang kita rasakan sumbernya adalah pikiran. Karena itu untuk melakukan perubahan menyeluruh terhadap kehidupan kita, satu-satunya hal yang harus diubah adalah pikiran. Namun seperti halnya komputer, pikiran kita juga sering terserang virus-virus berbahaya yang merusak.Salah satu sarana untuk membersihkan pikiran kita dari virus-virus tersebut adalah berpuasa. Karena itu makna puasa yang sesungguhnya adalah mengendalikan pikiran Anda. Inilah yang saya sebut ''Puasa Tingkat Ketiga.'' Adapun puasa tingkat pertama adalah puasa secara fisik. Ini hanya menjaga apa yang masuk ke dalam mulut Anda. Puasa tingkat kedua adalah puasa secara sosial/emosional. Ini berkaitan dengan perilaku kita kepada orang lain, terutama menjaga apa yang keluar dari mulut (ucapan kita).Apa yang masuk ke dalam mulut amat perlu kita jaga, karena inilah sumber penyakit. Kita menjaga agar tak makan makanan yang beracun, yang tak higienis, maupun yang berkolesterol tinggi. Namun sayangnya, kita sering mengabaikan ''makanan-makanan'' yang masuk ke dalam kepala kita. ''Makanan-makanan'' itu sebenarnya tak kalah beracunnya, sangat berbahaya dan mengandung virus yang mematikan. Hakikat puasa tingkat ketiga adalah menjaga pikiran dari virus-virus yang berbahaya. Ini adalah puasa secara mental, yang merupakan prasyarat puasa tingkat empat, yang intinya adalah merasakan kedekatan Tuhan. Inilah tingkatan puasa yang tertinggi yaitu secara spiritual.Untuk mengubah diri kita, paling tidak kita harus mencapai puasa tingkat ketiga ini. Caranya adalah dengan memilih secara sadar ''makanan-makanan'' apa yang boleh dikonsumsi pikiran kita. Kita harus sangat berhati-hati karena banyak sekali hal di sekitar kita yang dapat menjadi virus yang berbahaya. Coba perhatikan, berapa lama Anda menonton televisi setiap hari? Jangan lupa, banyak acara-acara TV sekarang ini berisikan virus-virus yang sangat berbahaya: telenovela, sinetron, film dan acara gosip para selebritis kita yang ada di hampir seluruh stasiun TV. Temanya berkisar pada hal-hal yang itu-itu saja: perkelahian antarartis, perceraian, perselingkuhan, dan seterusnya. Bosan dengan acara gosip, Anda melihat berita dan menyaksikan perkelahian para politisi kita. Selain dari media massa, pikiran Anda juga bisa tercemar melalui lingkungan pergaulan, tindakan orang yang menyakiti kita, maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Racun pikiran kita inilah yang akan menentukan perasaan kita. Apakah Anda merasa bahagia, senang, dan susah, sebenarnya hanyalah merupakan konsekuensi dari apa yang masuk ke pikiran Anda.Esensi berpuasa adalah menciptakan ''gembok'' untuk mengunci pikiran. Berpuasa berarti kitalah yang memegang kunci gembok tersebut, dan tak menyerahkannya kepada orang lain. Ini sebenarnya merupakan hakikat kepemimpinan. Seperti halnya komputer, otak kita juga mempunyai rumus GIGO (Garbage In Garbage Out). Maksudnya, kalau pikiran kita mengkonsumsi sampah, maka yang akan dihasilkan juga sampah. Ada pepatah yang mengatakan, ''Pikiran yang picik membicarakan orang. Pikiran biasa membicarakan kejadian. Tetapi pikiran yang besar membicarakan gagasan.'' Inilah pikiran-pikiran yang bersih dan belum teracuni virus dan sampah. Lantas bagaimana dengan hal-hal yang tak dapat kita kontrol, misalnya perilaku dan ucapan orang lain yang menyakiti hati Anda? Kalau itu terjadi pada Anda, berapa jam waktu yang Anda gunakan untuk memikirkan perilaku orang tersebut? Padahal, semakin Anda terserap ke dalam detil tentang apa-apa yang membuat Anda marah, semakin tak enak pikiran Anda. Inilah efek bola salju pikiran.Jangan lupa, walaupun kita tak dapat mengontrol perilaku orang lain, kita senantiasa dapat mengontrol pikiran kita. Saat ini saya sedang mempraktekkan tiga kalimat penting untuk selalu menyehatkan pikiran kita. Pertama, Subhanallah (Maha Suci Allah). Ini berarti hanya Tuhanlah yang Maha Sempurna. Memahami kalimat ini akan membuat kita mudah memaafkan kelalaian orang lain dan diri sendiri. Kedua, Alhamdulillah (Segala Puji Bagi Allah). Memahami kalimat ini akan membuat kita senantiasa bersyukur menghadapi situasi apapun. Kesuksesan tidaklah membuat kita takabur, sebaliknya kegagalan tidaklah membuat kita putus asa. Ketiga, Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Memahami kalimat ini secara mendalam akan menyadarkan kita bahwa semua hal yang kita lakukan, bahkan kita pertengkarkan sehari-hari, adalah masalah kecil. Kitalah yang sering merusak pikiran kita dengan membesar-besarkan masalah yang sebenarnya kecil.

Tidak ada komentar: